Bidadari, takkan kutahan kepergianmu...
Senja ini ada yang bersenandung didalam hatiku,
senandung pelan,
bahkan terdengar seperti tangis yang tertahan.
Tapi sungguh aku tidak sedang menangis,
aku mencoba bersenandung,
karena saat ini bukan saatnya untuk menangis
Jika hati kita mau berdamai dengan derita,
untuk apa menangis?
biarkan mata ini beristirahat lewat binarnya yang tinggal sekejap,
biarkan hati ini bersyukur,
atas segala nikmat iman, islam, dan kehidupan bersahaja,
yang dihadiahkan olehNya
Nun jauh disana, diluar sana,
diluar kepala kita, diluar bayangan kita, diluar pengetahuan kita,
betapa banyak hati-hati yang tengah merindu.
Ada yang menuntaskan rindunya dengan kebencian
lalu ia berbuat apatis dari rahmat Allah,
ada pula yang ISTIQOMAH
menggenggam rindunya sebagai amanah ALLAH,
agar lewat rindu itu ia belajar untuk meniti hari,
melewati segala rintangan, onak dan duri,
lalu mengembalikan rindunya kepada Yang Maha Dirindui.
Dan senja ini,
sejak perpisahan kita,
sungguh aku seperti kehilangan tempat untuk merindu.
Senja ini aku lupa jalan untuk pulang,
untuk menyerahkan cinta.
Cinta kepada Tuhan,
dalam bentuk yang paling sederhana,
menyerahkan segenap harapan,
menawarkan segenggam rindu kepada anak manusia,
lewat janji yang disaksikan olehNya.
karenanya ijinkan aku berbisik: b
idadari, takkan kutahan kepergianmu.........
Bukan sebab, aku tak mau engkau hadir di sisiku,
tapi sebab Tuhan punya cerita tersendiri tentang kita. B
ukan pula sebab, engkau tidak cantik atau menarik dalam pandanganku sebagai laki-laki,
(jika aku memanggilmu bidadari, maka bidadari dari negeri mana yang sungguh tak cantik?)
bahkan kadang aku kehabisan kata....
karena tak tahu apa sebutan yang pantas buat cantiknya cantik...
tapi mungkin memang harus demikian adanya,.....
rindu kita memang harus demikian adanya....
banyak kenyataan yang tak sesuai harapan kita,
bahkan terkadang kenyataan itu begitu menyakitkan......
tapi begitulah, begitulah cara Tuhan menitipkan cintaNya,
apakah sanggup kita balas mencintaiNya,
ketika cinta bertaruh dengan takdirNya?
apakah cinta kita hanyalah segenap emosi yang bertabur harapan semata.....
apakah cinta sekedar perasaan indah dan semerbak......
ada cerita dari takdirNya,
ketika IA mempertemukan kita,..
ketika aku secara terbata meminangmu dengan air mata...
ketika keluargamu dengan tegas menolak lamaranku....
ketika habis cahaya rembulan saat doamu usai di atas sajadah...
ketika engkau menangis
dan keluargamu pun ikut menangis
ketika atas nama cinta, engkau, gadis yang manja itu
berubah menjadi gadis yang keras kepala di hadapan kakak-kakakmu
sebab tekadmu untuk segera menikah tak ingin dibendung .....
tapi begitulah cinta, begitulah rindu.....
karenanya jika kita tak bersama,
sungguh tak boleh ada yang disalahkan atas semua ini....
sebab cinta bukanlah logika,
atau ilmu hitung dagang, atau hitungan untung rugi
apalagi investasi
selalu ada yang harus kita syukuri
atas segenap perasaan indah yang pernah hadir di dalam hati.....
perasaan itu membuat kita merasa menjadi penting,
perasaan itu seakan memberi kita kehidupan,
perasaan itu yang memanusiakan kita....
perasaan itu yang mengukir sbuah catatan kecil di hati seorang lelaki sahaja....
ada coretan tanganmu disana,.....
tangan mungil bidadari, yang takkan kutahan kepergiannya.....
seperti juga coretan bidadari yang dulu pernah singgah dan pergi......
semuanya mahluk yang pernah dikirimkan Tuhan ke hadapanku.....
semuanya bidadari yang pernah aku mengira sebagai jalan untuk pulang,...
untuk menyerahkan keindahan cinta, segenggam rindu,
dan segenap kesungguhan diri.......
tapi sungguh bidadari-bidadari itu,...
punya cerita, alur hidup dan lakon sendiri.....
setidaknya ada yang tercatat dari pertemuan kita......
ungkapan cita dalam kehendak menyelamatkan separuh agama,
semoga menjadi kata-kata yang membuatNya Tersenyum dan Meridloi,
entah nanti, entah kapan....
ketika hati kita bergolak lagi,
ketika mungkin engkau telah menikah
dengan seorang lelaki (entah siapa)
ketika cintamu berbalas cinta
dan Tuhanpun Menyatukan dalam takdir pernikahan
ketika perlahan namun pasti ada perasaan cinta yang dalam yang merambat di hatimu
saat suamimu kelak menyentuhmu, saat itulah ada yang akan kita syukuri
dari masa lalu yang dulu pilu......
saat itulah terucap terimakasih karena kita tak lagi bersama
ketika kehidupan berlalu, dan rindumu telah menemukan jalan untuk pulang....
ada yang akan terlupakan dari derita saat ini......
bahkan kepiluan kini akan menjadi sebait puisi yang indah
sebab cinta itu separuhnya adalah sabar
dan separuhnya lagi adalah syukur....
kepadaMu Tuhan, sungguh hati ini ingin berkata:
bidadari, takkan kutahan kepergianmu.....
Bukan sebab, aku tak mau engkau hadir menemaniku,
tapi sebab engkau harus meneruskan kehidupanmu......
bagaimana aku dapat meneruskan kehidupanku,
jika aku menahan kehidupan seorang bidadari?
sedangkan cinta akan mati dalam kehidupan yang tidak berjalan.....
cinta tidak berkembang menjadi apa adanya cinta
ketika ia menjadi alat untuk membelenggu kehidupan seseorang.......
Senja ini ada yang bersenandung didalam hatiku,
senandung pelan, bahkan terdengar seperti tangis yang tertahan.
Tapi sungguh aku tidak sedang menangis,
aku mencoba bersenandung, karena saat ini bukan saatnya untuk menangis
Namun seperti tubuh lelah yang mengeluarkan peluh,
hati yang lelahpun seakan mengeluarkan peluh
dan peluhnya hati adalah air mata.......
karenanya ijinkan aku menangis........
---dari Afra, from unknown source
Senja ini ada yang bersenandung didalam hatiku,
senandung pelan,
bahkan terdengar seperti tangis yang tertahan.
Tapi sungguh aku tidak sedang menangis,
aku mencoba bersenandung,
karena saat ini bukan saatnya untuk menangis
Jika hati kita mau berdamai dengan derita,
untuk apa menangis?
biarkan mata ini beristirahat lewat binarnya yang tinggal sekejap,
biarkan hati ini bersyukur,
atas segala nikmat iman, islam, dan kehidupan bersahaja,
yang dihadiahkan olehNya
Nun jauh disana, diluar sana,
diluar kepala kita, diluar bayangan kita, diluar pengetahuan kita,
betapa banyak hati-hati yang tengah merindu.
Ada yang menuntaskan rindunya dengan kebencian
lalu ia berbuat apatis dari rahmat Allah,
ada pula yang ISTIQOMAH
menggenggam rindunya sebagai amanah ALLAH,
agar lewat rindu itu ia belajar untuk meniti hari,
melewati segala rintangan, onak dan duri,
lalu mengembalikan rindunya kepada Yang Maha Dirindui.
Dan senja ini,
sejak perpisahan kita,
sungguh aku seperti kehilangan tempat untuk merindu.
Senja ini aku lupa jalan untuk pulang,
untuk menyerahkan cinta.
Cinta kepada Tuhan,
dalam bentuk yang paling sederhana,
menyerahkan segenap harapan,
menawarkan segenggam rindu kepada anak manusia,
lewat janji yang disaksikan olehNya.
karenanya ijinkan aku berbisik: b
idadari, takkan kutahan kepergianmu.........
Bukan sebab, aku tak mau engkau hadir di sisiku,
tapi sebab Tuhan punya cerita tersendiri tentang kita. B
ukan pula sebab, engkau tidak cantik atau menarik dalam pandanganku sebagai laki-laki,
(jika aku memanggilmu bidadari, maka bidadari dari negeri mana yang sungguh tak cantik?)
bahkan kadang aku kehabisan kata....
karena tak tahu apa sebutan yang pantas buat cantiknya cantik...
tapi mungkin memang harus demikian adanya,.....
rindu kita memang harus demikian adanya....
banyak kenyataan yang tak sesuai harapan kita,
bahkan terkadang kenyataan itu begitu menyakitkan......
tapi begitulah, begitulah cara Tuhan menitipkan cintaNya,
apakah sanggup kita balas mencintaiNya,
ketika cinta bertaruh dengan takdirNya?
apakah cinta kita hanyalah segenap emosi yang bertabur harapan semata.....
apakah cinta sekedar perasaan indah dan semerbak......
ada cerita dari takdirNya,
ketika IA mempertemukan kita,..
ketika aku secara terbata meminangmu dengan air mata...
ketika keluargamu dengan tegas menolak lamaranku....
ketika habis cahaya rembulan saat doamu usai di atas sajadah...
ketika engkau menangis
dan keluargamu pun ikut menangis
ketika atas nama cinta, engkau, gadis yang manja itu
berubah menjadi gadis yang keras kepala di hadapan kakak-kakakmu
sebab tekadmu untuk segera menikah tak ingin dibendung .....
tapi begitulah cinta, begitulah rindu.....
karenanya jika kita tak bersama,
sungguh tak boleh ada yang disalahkan atas semua ini....
sebab cinta bukanlah logika,
atau ilmu hitung dagang, atau hitungan untung rugi
apalagi investasi
selalu ada yang harus kita syukuri
atas segenap perasaan indah yang pernah hadir di dalam hati.....
perasaan itu membuat kita merasa menjadi penting,
perasaan itu seakan memberi kita kehidupan,
perasaan itu yang memanusiakan kita....
perasaan itu yang mengukir sbuah catatan kecil di hati seorang lelaki sahaja....
ada coretan tanganmu disana,.....
tangan mungil bidadari, yang takkan kutahan kepergiannya.....
seperti juga coretan bidadari yang dulu pernah singgah dan pergi......
semuanya mahluk yang pernah dikirimkan Tuhan ke hadapanku.....
semuanya bidadari yang pernah aku mengira sebagai jalan untuk pulang,...
untuk menyerahkan keindahan cinta, segenggam rindu,
dan segenap kesungguhan diri.......
tapi sungguh bidadari-bidadari itu,...
punya cerita, alur hidup dan lakon sendiri.....
setidaknya ada yang tercatat dari pertemuan kita......
ungkapan cita dalam kehendak menyelamatkan separuh agama,
semoga menjadi kata-kata yang membuatNya Tersenyum dan Meridloi,
entah nanti, entah kapan....
ketika hati kita bergolak lagi,
ketika mungkin engkau telah menikah
dengan seorang lelaki (entah siapa)
ketika cintamu berbalas cinta
dan Tuhanpun Menyatukan dalam takdir pernikahan
ketika perlahan namun pasti ada perasaan cinta yang dalam yang merambat di hatimu
saat suamimu kelak menyentuhmu, saat itulah ada yang akan kita syukuri
dari masa lalu yang dulu pilu......
saat itulah terucap terimakasih karena kita tak lagi bersama
ketika kehidupan berlalu, dan rindumu telah menemukan jalan untuk pulang....
ada yang akan terlupakan dari derita saat ini......
bahkan kepiluan kini akan menjadi sebait puisi yang indah
sebab cinta itu separuhnya adalah sabar
dan separuhnya lagi adalah syukur....
kepadaMu Tuhan, sungguh hati ini ingin berkata:
bidadari, takkan kutahan kepergianmu.....
Bukan sebab, aku tak mau engkau hadir menemaniku,
tapi sebab engkau harus meneruskan kehidupanmu......
bagaimana aku dapat meneruskan kehidupanku,
jika aku menahan kehidupan seorang bidadari?
sedangkan cinta akan mati dalam kehidupan yang tidak berjalan.....
cinta tidak berkembang menjadi apa adanya cinta
ketika ia menjadi alat untuk membelenggu kehidupan seseorang.......
Senja ini ada yang bersenandung didalam hatiku,
senandung pelan, bahkan terdengar seperti tangis yang tertahan.
Tapi sungguh aku tidak sedang menangis,
aku mencoba bersenandung, karena saat ini bukan saatnya untuk menangis
Namun seperti tubuh lelah yang mengeluarkan peluh,
hati yang lelahpun seakan mengeluarkan peluh
dan peluhnya hati adalah air mata.......
karenanya ijinkan aku menangis........
---dari Afra, from unknown source
<< Home